Sounds Of Concert Asia

is a multi-platform media that produces and distributes digital content, reporting the latest trends in fashion, lifestyle, culture and music to its audience.

Perjalanan Musik Independen Jakarta Eksplorasi Tiga Band ‘Poster Cafe’ dalam Membentuk Skena yang Berbeda

Dok. Waiting Room

 Sounds Of Concert – Era 1990-an adalah masa di mana terjadinya pergeseran penting di dalam bidang teknologi dan informasi. Semakin berkembangnya moda telekomunikasi membuat seluruh berita dan update dari mancanegara dapat diakses dalam waktu yang lebih singkat.


Di Indonesia khususnya di bidang musik, juga mengalami betul fenomena tersebut. Kelompok-kelompok anak muda kota besar mulai menampakkan diri dengan style yang sesuai dengan idolanya masing-masing.


Hardcore, Metal, Seattle sound, Britpop, dan Hip-Hop merupakan sub-genre yang paling populer untuk digandrungi para penggermarnya.


Jakarta yang juga berfungsi pusat kultur juga mengakomodir gejolak budaya tersebut dengan menjamurnya venue seperti café ataupun bar yang digunakan sebagai ajang para band muda di Jakarta yang ingin unjuk gigi tampil di atas panggung sembari saling adu pengetahuan mengenai band-band yang sedang ngetop saat itu.


Poster Café adalah salah satunya yang kemudian melegenda karena menjadi embrio dari banyaknya band-band yang besar melalui event yang dihadirkan di café yang konon sempat dimiliki oleh Ahmad Albar tersebut.


Bisa dibilang Poster Café di masa itu memiliki peran sebagai CBGB-nya Jakarta.


Poster Café kini sudah tiada, namun kenangan akan tumpah ruahnya jenis musik dan barang haram di café ini tidak akan pernah padam.


Cafe yang tidak terlalu besar ini dulu berlokasi di area Museum Satria Mandala di bilangan Jakarta Selatan tersebut. Kali ini Sounds Of Concert akan mengulas 5 di antara beberapa band yang besar melalui tempat ini.



Beredar kabar jika dokumenter yang berisikan footage band-band yang tampil akan segera digarap.


Diungkapkan oleh Edo Wallad yang juga merupakan scenester yang besar di Poster Café sekaligus vokalis dari band Indie Pop kawakan, The Safari.


Pestolaer

Sutami A. Pramudito


Pestolaer yang terbentuk di tahun 1992 ini didirikan oleh anak-anak SMA 68 Jakarta dan dinahkodai oleh sosok bernama Taba.


Identik dengan ikon punk rock asal Inggris Sex Pistols, Pestolaer meramaikan skena musik Jakarta dengan banyak membawakan lagu-lagu dari Sex Pistols di awal karirnya.


Selama empat tahun berikutnya, dengan susunan personel baru (kecuali Taba dan Boris) Pestolaer berhasil melahirkan dua album penuh (pada saat itu masih berbentuk kaset) Pestolaer (self-released, 1995) dan Jang Doeloe (self-released, 1997), yang keduanya seolah menjadi pernyataan bahwa merekalah memang salah satu band pioner indie rock dan atau indie pop di Jakarta, di samping band yang mempunyai irisan skena cukup tebal dengan mereka, yaitu Rumahsakit.



Rumahsakit

Dok. Andri Lemes

Rumahsakit adalah Britpop, Britpop adalah Rumahsakit. Band ini tumbuh dibesarkan dengan lagu-lagu dari The Stone Roses, ikon rock dari Manchester. Terbentuk sejak tahun 1994, band ini diawali oleh sosok Andri Lemes, yang sekarang sudah tidak menjadi bagian dalam band ini.

Mendapatkan pengaruh kuat dari ledakan British Wave di masa 90-an, Rumahsakit meleburkannya dengan kenakalan dewasa muda khas Jakarta dan penulisan lirik bahasa Indonesia yang sederhana.
Berbekal materi, persistensi, dan relasi yang ciamik, band inilah yang kemudian memberikan pengaruh kuat bagi tumbuhnya skena musik alternatif, terutama di kota Jakarta.

Waiting Room

Facebook / Waiting Room

Band veteran pengusung skacore (kombinasi ska, punk rock dan hardcore) ini bisa diibaratkan adalah penunggu dari Poster Cafe dengan begitu banyaknya show yang mereka mainkan di sana.

Waiting Room diketahui baru saja  merilis ulang album debut self-titled mereka tanggal 25 September 2020 lalu. Album yang pertama kali dilepas pertengahan tahun 1997 lalu ini di-repackage dalam format kaset dan CD oleh label rekaman Sabda Nada Records.

Sedangkan diskografi album penuh Waiting Room, yakni Waiting Room (1997), Propaganda (1999) dan Music (2001) akan tersedia di berbagai layanan music streaming setelahnya oleh label rekaman Aquarius Musikindo (AQM).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *