Geger! Lirik Lagu “Bayar Bayar Bayar” Sukatani Disorot, Ini Faktanya!
Sounds Of Concert – Band punk New Wave asal Purbalingga, Sukatani, menjadi sorotan publik setelah lagu mereka yang berjudul “Bayar Bayar Bayar” viral di media sosial. Lagu ini menjadi kontroversial karena liriknya yang dianggap mengkritik kepolisian, sehingga akhirnya dihapus dari berbagai platform streaming.
Lirik Lagu “Bayar Bayar Bayar” Sukatani
Mau bikin SIM bayar polisiKetilang di jalan bayar polisiTouring motor gede bayar polisiAngkot mau ngetem bayar polisi
Aduh aduh ku tak punya uangUntuk bisa bayar polisi
Mau bikin gigs bayar polisiLapor barang hilang bayar polisiMasuk ke penjara bayar polisiKeluar penjara bayar polisi
Aduh aduh ku tak punya uangUntuk bisa bayar polisi
Mau korupsi bayar polisiMau gusur rumah bayar polisiMau babat hutan bayar polisiMau jadi polisi bayar polisi
Aduh aduh ku tak punya uangUntuk bisa bayar polisi
Klarifikasi dari Band Sukatani
Setelah lagu ini menuai kontroversi dan mendapatkan berbagai reaksi dari publik, dua personel Sukatani, Muhammad Syifa Al Ufti (Electroguy – gitaris) dan Novi Chitra Indriyaki (Twister Angels – vokalis), memberikan klarifikasi dan permintaan maaf kepada institusi Polri.
Mereka menjelaskan bahwa lagu tersebut tidak dimaksudkan untuk menyerang Polri secara keseluruhan, melainkan sebagai kritik terhadap oknum-oknum yang menyalahgunakan wewenang mereka.
“Mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada Bapak Kapolri dan institusi Polri atas lagu ciptaan kami dengan judul ‘Bayar Bayar Bayar’ yang liriknya menyebut ‘bayar polisi’, yang telah kami nyanyikan sehingga viral di beberapa platform media sosial, termasuk Spotify,” ujar Electroguy melalui unggahan di Instagram.
Mereka juga mengimbau agar pengguna media sosial yang telah mengunggah lagu tersebut untuk menghapusnya guna menghindari risiko hukum di masa depan.
“Kami mengimbau kepada semua pengguna akun media sosial yang telah memiliki lagu kami dengan judul ‘Bayar Bayar Bayar’ agar menghapus dan menarik semua video menggunakan lagu tersebut. Karena apabila ada risiko di kemudian hari, itu sudah bukan tanggung jawab kami dari band Sukatani,” tambah Twister Angels.
Pro dan Kontra di Kalangan Netizen
Viralnya lagu “Bayar Bayar Bayar” memicu perdebatan. Sebagian netizen mendukung Sukatani dan menganggap lagu ini sebagai bentuk kritik sosial yang sah. Namun, ada pula yang berpendapat bahwa liriknya terlalu berani dan dapat merusak citra kepolisian.
Di berbagai forum musik, musisi dan aktivis hak asasi manusia turut angkat bicara. Mereka menekankan bahwa musik adalah bentuk ekspresi yang sah dalam demokrasi, tetapi juga harus dilakukan dengan tanggung jawab.
Kasus ini menjadi bukti bahwa musik tetap memiliki kekuatan untuk menyuarakan opini publik. Namun, batas antara kritik dan konsekuensi hukum tetap menjadi dilema yang dihadapi oleh para seniman.
Kesimpulan Lagu “Bayar Bayar Bayar” dari Sukatani telah membawa diskusi luas mengenai batasan kebebasan berekspresi dan kritik sosial melalui musik. Dengan klarifikasi dan permintaan maaf dari para personelnya, publik kini menantikan bagaimana nasib band ini ke depannya.
Apakah lagu ini akan tetap diingat sebagai simbol kritik sosial atau justru menjadi pelajaran bagi musisi lainnya? Yang jelas, Sukatani kini telah menjadi bagian dari perdebatan mengenai kebebasan berekspresi di Indonesia.